BAGAIMANA MEMANFAATKAN WAKTU?
17 Juni 2010 pukul 1:56
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ
وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ
”Tidak bergeser kaki kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat, hingga ditanya tentang empat perkara, tentang umurnya untuk apa dihabiskan, ilmunya bagaimana dia amalkan, hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan dan tentang tubuhnya bagaimana dia memanfaatkanya.” (HR. at-Tirmidzi, dan menurut beliau derajatnya hasan shahih)
Siapakah yang bertanya dalam hadits ini? Dia adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala Rabb/Tuhan semesta alam, pada hari di mana seseorang tidak bisa memberi manfaat kepada selainnya dan keputusan hari itu hanya ada di tangan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Apakah sudah engakau persiapkan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan diatas?
Benar, kita akan ditanya pada hari kiamat tentang perkara-perkara di atas, dan yang paling penting adalah tentang umur kita yang itu adalah rangkaian dari menit-menit dan detik-detik, yang nafas-nafas kita berhembus dan tidak mungkin akan terulang. Diriwayatkan dari al-Hasan al-Bashri rahimahullah bahwa dia berkata:
مَا مِنْ يَوْمٍ يَنْشِقُ فَجْرُهُ اِلَّا وَيُنَادِى :
“يَا اِبْنُ ادَمَ.اَنَا خَلْقٌ جَدِيْدٌوَعَلَى عَمَلِكَ شَهِيْدٌ,فَتَزَوَّدْ مِنّى
فَاِنىِ اِذَا مَضَيْتُ لَا اَعُوْدُاِلَى يَىومِ القِيَامَةِ
Tidak ada suatu hari yang fajar terbit pada hari itu kecuali dia akan berseru:”Wahai anak Adam sesungguhnya aku adalah makhluk baru, aku akan menjadi saksi terhadap amalan-amalanmu, maka berbekalah dariku, karena sesungguhnya apabila aku telah berlau, aku tidak akan kembali sampai hari kiamat.
Beliau juga berkata:
أَدْرَكْتُ أَقْوَامًا كَانَ أَحَدُهُمْ أَشَحَّ عَلَى عُمُرِهِ مِنْهُ عَلَى دَرَاهِمِهِ وَدَنَانِيرِهِ
Aku pernah bertemu dengan suatu kaum yang salah seorang di antara mereka lebih kikir terhadap umurnya dibandingkan kikir mereka terhadap dirham (harta) mereka
Beliau juga berkata:
إِنَّمَا أَنْتَ أَيَّامٌ مَجْمُوْعَةٌ ، كُلَّمَا مَضَى يَوْمٌ مَضَى بَعْضُكَ
Seungguhnya kalian adalah kumpulan/rangkaian (hari-hari). Apabila berlalu satu hari maka hilanglah sebagianmu
Beliau juga berkata:
مَا أَطَالَ عَبْدٌ الْأَمَلَ إِلَّا أَسَاءَ الْعَمَلَ
Tidaklah seseorang panjang angan-angan kecuali dia akan berbuat keburukan.
Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata:
مَا نَدِمْتُ عَلَى شَيْءٍ نَدَمِي عَلَى يَوْمٍ غَرَبَتْ شَمْسُهُ، نَقَصَ فِيْهِ أجَلِي، وَلَمْ يَزِد فِيْهِ عَمَلِي
”Tidaklah aku menyesal melebihi penyesalanku terhadap suatu hari di mana matahari terbit di dalamnya dan berkurang umurku akan tetapi tidak bertambah amalanku (kebaikan).”
Imam Ahmad rahimahullah pernah ditanya: ”Bagaimana engkau memasuki waktu pagi?”
Maka beliau menjawab:
فِيْ عُمْرٍ يَنْقُصُ وَذُنُوْبٍ تَزِيْدُ
”Umurku berkurang sementara dosaku bertambah.”
Dan para salaf berkata:
من علامة المقت إضاعة الوقت
و كانوا يحرصون كل الحرص على ألا يمر يوم أو بعض يوم دون أن يتزودوا منها بعلم نافع أو عمل صالح
حتى لا تتسرب الأعمار سدى و تضيع هباء
Termasuk salah satu tanda hamba dibenci Allah adalah dia menyia-nyiakan waktu.”
Dan mereka (para salaf) sangat bersungguh-sungguh untuk tidak melewatkan satu hari atau sebagian hari tanpa membekali diri mereka dari hari itu dengan ilmu yang bermanfaat atau amalan shalih, supaya tidak berlalu (habis) umur mereka dengan sia-sia dan terbuang dengan percuma.
Maka wajib bagi engkau wahai saudaraku untuk mengoreksi dan intropeksi diri……
Bagaimana engkau menghabiskan waktumu????
Sesunguhnya manusia adalah kumpulan waktu yang ia hidup di dalamnya, apabila dia menyia-nyiakannya maka di atelah menyia-nyiakan dirinya. Betapa banyak kita menyia-nyiakan umur kita tanpa ada tambahan ilmu, amal dan tanpa ada penyesalan.
CARA MEMANFAATKAN WAKTU
Lalu apa kewajiban kita terhadap umur kita, supaya kita termasuk orang-orang yang menyesal pada hari kiamat? Kewajiban kita terhadap umur kita (waktu) adalah sebagai berikut:
1. Menjaganya seperti kita harta kita, bahkan lebih sungguh-sungguh lagi dalam menjaganya, yaitu dengan bersungguh-sungguh mengambil faidah darinya dalam hal-hal yang bermanfaat untuk dunia dan akherat. Dan para ulama terdahulu (salaf) adalah orang yang paling semangat dalam menjaga waktu dan mereka adalah orang yang paling tahu tentang nilai waktu. Mereka tidak akan membiarkan waktu berlalu walaupu sekejap, tanpa mengambil bekal darinya dengan ilmu yang bermanfaat, amal, shalih mujahadah, atau memberikan manfaat kepada orang lain supaya tidak berlalu (habis) umur mereka dengan sia-sia dan terbuang dengan percuma. Mereka tidak pernah berpikiran bahwa: sekarang kita berbuat sesuka dan semau kita……..dan besok mati dan pena (catatan amal) telah diangkat.
2. Memanfaatkannya dengan sesuatu yahg paling penting kemudian yang penting, jangan sibuk dengan sesuatu yang rendah dan tidak bermanfaat dan meninggalkan sesuatu yang bermanfaat (menggunakan skala prioritas)
3. Menjauhi sikap berlebih-lebihan dalam melakukan sesuatu mubah, karena hal itu akan menyebabkan kita menyia-nyiakan waktu, kalau kita melakukannya tidak dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Karena hal yang mubah/boleh bisa menjadi ibadah kalau diniatkan karena Allah.
4. Menjadikan berlalunya siang dan malam sebagai pelajaran, karena sesungguhnya siang dan malam yang bergantian adalah makhluk yang baru dan keduanya telah melipat umur kita.
5. bersungguh-sungguh untuk mendapatkan waktu yang telah Allah istimewakan dengan kekhususan-kekhususan tertentu dari waktu-wqaktu yang lain, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala mengistimewakan tempat-tempat tertentu dibandingkan yang lainnya dan mengistimewakan hari tertentu dari yang lainnya, bulan tertentu dari yang lainnya, seperti Ramadhan diistimewkan oleh Allah dar bulan-bulan yang lainnya. Maka manfaatkanlah bulan atau waktu-waktu itu dengan bersungguh-sungguh dalam beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah dengan sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan jangan engkau jadikan bulan atau waktu-waktu yang penuh berkah ini berlalu sebagaimana waktu-waktu atau bulan lain.
6. Menghindari dan mewaspadai hal-hal yang menjadi perusak waktu, yang paling berbahaya adalah panjang angan-angan di dunia dan tertipu dengan amalan-amalannya (merasa amal shalihnya telah banyak), berprasangka baik dengan dirinya, teman yang buruk, kelalaian dan menunda-nunda amalan baik.
7. Termasuk hak umurmu yang harus ditunaikan adalah supaya engkau memakmurkan dan mengisinya dengan sesuatu yang bermanfaat dari ilmu dan amal yang shalih. Jangan engkau menundanya sampai besok. Menanamlah hari ini untuk engkau panen esok hari, kalau tidak maka engkau akan menyesal di hari di mana tidak bermanfaat lagi penyesalan pada hari itu.
Seorang penyair berkata:
تزود من التـقـوى فإنك لا تـدري ...........إذا جنَّ ليـل هل تعيـش إلى الفـجـرفكم من سـليم مـات من غير عـلة ...........و كم من سقيم عاش حيناً من الدهرو كم من فتى يمسي و يصبح آمناً ...........و قد نسجت أكفانه و هو لا يـدري
Berbekalah dengan ketakwaan karena engkau tidak tahu
Apabila malam telah gelap apakah engakau akan hidup esok hari
Betapa banyak orang yang sehat meningal tanpa didahului sakit
Dan betapa banyak orang yang sakit ternyata hidup lama
Betapa banyak seorang pemuda sore dan pagi harinya dalam kondisi aman
Padahal kain kafannya telah digunting dan dia tidak mengetahuinya
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata:”Keuntungan terbesar di dunia adalah engkau menyibukkan dirimu setiap saat dengan sesuatu yang paling utama dan bermanfaat untuk kehidupan akherat. Bagaimana dikatakan berakal seseorang yang menjual Surga dan kenikmatan di dalamnya dengan syahwat (kesenangan dunia) yang hanya sesaat.”
Beliau juga berkata: ”Menyia-nyiakan waktu lebih lebih berbahaya dari pada kematian, karena menyia-nyiakan waktu memutuskanmu dari Allah dan akherat, sedangkan kematian memtuskanmu dari dunia dan penghuninya.”
http://www.alsofwah.or.id/?pilih=lihathadits&id=190
https://www.facebook.com/notes/pustaka-imam-asy-syafii/bagaimana-memanfaatkan-waktu/435499285900
Tidak ada komentar:
Posting Komentar